St. Martinus - Injil Minggu Biasa VIII/C – 2 Maret 2025 Lukas 6:39-45
BERITA DETAIL

Injil Minggu Biasa VIII/C – 2 Maret 2025 Lukas 6:39-45

Tanggal Posting: 01-03-2025 | Post: Admin

News Image

Rekan-rekan yang baik,

 

Petikan dari Lukas 6:39-45 yang dibacakan pada hari Minggu VIII Tahun Liturgi C kali ini berisi serangkaian pepatah yang berkisar pada watak seseorang dan pengaruhnya terhadap orang lain. Pembicaraan ini dimaksudkan untuk memberi arahan bagi para murid dalam hubungan mereka dengan masyarakat.

 

Pepatah-pepatah ini dapat kita pahami sebagai rekaman warisan batin dari orang-orang yang masih mengenal Yesus kepada para pengikut mereka. Pada saat itu, komunitas pengikut Yesus sudah semakin luas, banyak di antara mereka yang tidak pernah bertemu langsung dengan-Nya. Namun, ajaran dan kebajikannya diturunkan dari generasi ke generasi, termasuk kepada kita sekarang.

 

Dalam setiap komunitas, biasanya ada tokoh yang menjadi panutan, tempat bertanya, dan pemimpin, terutama di kalangan umat beragama. Orang-orang ini memiliki wibawa dan bertugas membimbing serta menunjukkan jalan hidup yang membawa kelegaan, kekuatan, dan kebahagiaan. Inilah latar belakang dari pepatah-pepatah yang dibacakan dalam Injil hari ini.

 

1. Perumpamaan Orang Buta Menuntun Orang Buta

 

Lukas 6:39 Yesus mengatakan suatu perumpamaan:

Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lubang?

 

Maknanya jelas. Orang yang tidak dapat melihat tentu tidak mampu menunjukkan jalan. Jika hal ini terjadi, maka risiko kedua-duanya terjerumus menjadi nyata.

 

Maksud Yesus dan para murid yang meneruskan perkataan ini ke generasi selanjutnya bukan sekadar berbicara tentang orang buta secara fisik, tetapi mengajak kita untuk berpikir: Apakah kita benar-benar mampu melihat arah yang benar dan mewaspadai bahaya?

 

Ada ajakan untuk mawas diri dan tidak merasa tahu segalanya. Bahkan tersirat sindiran bahwa kita mungkin buta secara rohani dan tidak melihat dengan jelas. Oleh karena itu, kita diajak untuk memiliki wawasan yang sehat sebelum menuntun dan menasihati orang lain.

 

2. Murid dan Gurunya

 

Lukas 6:40 Seorang murid tidak lebih daripada gurunya, tetapi barang siapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya.

 

Mereka yang merasa bertugas mengajarkan jalan yang benar kepada orang lain harus pernah belajar dari awal hingga akhir, sampai tuntas memiliki kebajikan seperti gurunya.

 

Apakah mungkin seseorang bisa sama dengan Yesus, Sang Guru? Pertanyaan ini sulit dijawab. Namun, iman Kristen mengajarkan bahwa Yesus menjadi sama seperti kita, manusia. Oleh karena itu, kita pun dapat berusaha menjadi serupa dengan-Nya, meskipun dengan segala kelemahan kita.

 

Pepatah ini mengandung ajaran batin yang dalam tetapi tetap sederhana: untuk benar-benar membimbing orang lain, kita sendiri harus belajar dengan sungguh-sungguh.

 

3. Melihat Kesalahan Orang Lain vs. Mengakui Kesalahan Sendiri

 

Lukas 6:41-42

Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.

 

Biasanya, kita lebih mudah melihat kekurangan orang lain daripada menyadari kelemahan sendiri. Pepatah ini mengajak kita untuk berkaca: Apakah kita melihat kekurangan orang lain karena memang ada, atau karena kita sendiri memiliki balok yang membutakan mata batin kita?

 

Kita diajak untuk lebih jujur dalam menilai diri sendiri sebelum menghakimi orang lain.

 

4. Pohon dan Buahnya

 

Lukas 6:43-44

Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara, dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur.

 

Jika seseorang menghidupi kebaikan, maka perbuatannya akan menghasilkan buah yang baik. Sebaliknya, mereka yang beritikad buruk sulit menghasilkan hal-hal yang lurus.

 

Namun, pepatah ini bukan untuk menilai orang lain, melainkan untuk mengajak kita memeriksa diri sendiri: Apakah kita benar-benar menghasilkan buah yang baik dalam kehidupan kita? Jika iya, bersyukurlah. Ini adalah kepuasan batin yang akan membawa kita semakin maju dan lebih peka terhadap hal-hal yang perlu dihindari.

 

5. Hati yang Baik Menghasilkan Perbuatan yang Baik

 

Lukas 6:45

Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik, dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya.

 

Orang baik bukanlah mereka yang berusaha mati-matian berbuat baik, tetapi mereka yang memiliki kekayaan batin yang melimpah keluar secara alami.

 

Berbuat baik bukan tentang memaksakan diri atau berpura-pura, tetapi tentang membangun perbendaharaan hati yang baik sehingga kebaikan mengalir dengan sendirinya dalam perkataan dan perbuatan kita.

 

Kesimpulan

 

Ajaran dalam Injil hari ini mengajak kita untuk:

1. Mawas diri Jangan merasa tahu segalanya sebelum kita sendiri memiliki wawasan yang sehat.

2. Belajar dengan sungguh-sungguh Agar bisa menjadi pembimbing yang benar bagi orang lain.

3. Jujur dalam menilai diri sendiri Jangan cepat menghakimi orang lain tanpa melihat kelemahan kita sendiri.

4. Menghasilkan buah yang baik Dengan benar-benar menghidupi kebaikan, bukan sekadar berpenampilan baik.

5. Membangun hati yang baik Karena dari hati yang baik, perkataan dan perbuatan baik akan mengalir dengan sendirinya.

 

Semoga permenungan ini membantu kita semakin bertumbuh dalam iman dan kebijaksanaan.

 

Kembali

Komentar


Daftar Komentar

Denis (01-03-2025 04:47)

Amen